Jumat, 24 Oktober 2008

PEMANASAN GLOBAL



I. PENDAHULUAN



Kita mengetahui bahwa dunia sekarang sedang mengalami pemanasan global. Hal ini disebabkan oleh banyaknya penebangan liar di hutan Indonesia dan penumpukan jumlah polusi di udara menyebabkan bumi semakin panas. Seiring dengan terjadinya pemanasan global, banyak cara yang dilakukan untuk mencegahnya, salah satunya adalah penghijauan lingkungan.


Penghijauan lingkungan adalah solusi yang digunakan untuk mengurangi dampak pemanasan global, salah satu caranya adalah dengan menanam pohon. Pohon dapat mengurangi tingkat pemanasan global karena pohon memerlukan banyak cahaya matahari untuk berfotosintesis dan pohon menghasilkan oksigen hasil dari fotosintesis. Tetapi banyak pohon yang di tebang di Indonesia untuk membuat perumahan baru, pelebaran jalan dsb. Pemanasan global juga disebabkan oleh tingkat polusi yang tinggi. Polusi yang berasal dari asap kendaraan bermotor, asap limbah pabrik membuat ozon berlubang dan sinar ultraviolet masuk ke bumi tanpa perantara apapun. Sinar ultraviolet dapat melelehkan es yang berada di kutub dan di pegunungan. Hal ini dapat menyebabkan kerusakan besar seperti banjir bandang yang besar. Maka dari itu kita harus memulai menanam pohon untuk mengurangi dampak pemanasan global.


Banyak cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi dampak tersebut, jika kita sadar apa yang telah kita perbuat telah merusak bumi ini.selain memperbanyak penanaman pohon, kita juga dapat mengurangi pemakaian kendaraan bermotor agar kita dapat mengurangi polusi yang memicu terjadinya pelebaran lubang ozon dan efek rumah kaca membuat permukaan bumi menjadi semakin panas.






II. LATAR BELAKANG


Latar belakang pemanasan global dipicu dengan adanya penambahan jumlah polusi yang makin menumpuk di udara serta penebangan liar yang sering terjadi di hutan Indonesia dan hutan-hutan yang lain di dunia. Hal ini dapat mengakibatkan melelehnya gletser di Pegunungan Himalaya dan Kutub Selatan. Selain itu pemansan global juga mempengaruhi iklim di seluruh dunia. Salah satu contohnya adalah makin panjangnya musim kemarau dan makin pendeknya musim hujan, selain itu maraknya badai dan banjir di kota kota besar (el nino) di seluruh dunia. Di jawa timur bisa kita rasakan adalah Kota Malang, Kota Batu, Kawasan Prigen Pasuruan di Lereng Gunung Welirang dan sekitarnya, juga kawasan Kaki Gunung Semeru adalah daerah yang dikenal sejuk dan dingin tetapi sekarang tidak lagi.


Meningkatnya suhu bumi ternyata telah menimbulkan makin banyaknya wabah penyakit endemic “lama dan baru” yang jumlahnya merata dan terus bermunculan, seperti leptospirosis, demam berdarah, diare dan malaria. Padahal penyakit-penyakit seperti malaria, demam berdarah, dan diare adalah penyakit lama yang seharusnya sudah lewat dan mampu untuk ditangani, kini telah mengakibatkan ribuan orang terinfeksi dan meninggal. Selain itu ratusan desa di pesisir Jatim terancam tenggelam akibat naiknya permukaan air laut, indikatornya serasa makin dekat saja jika kita tengok naiknya gelombang pasang di minggu ketiga Bulan Mei 2007 kemarin. Mulai dari Pantai Kenjeran, Pantai Popoh Tulungangung, Ngliyep Malang, dan beberapa pantai di pulau lain di Indonesia.


Untuk Negara-negara lain meningkatnya permukaan air laut dapat dilihat dengan makin tingginya ombak di pantai-pantai Asia dan Afrika. Apalagi hal itu di tambah dengan melelehnya gletser di Pegunungan Himalaya Tibet dan Kutub Utara. Di sinyalir oleh IPCC hal ini berkontribusi langsung meningkatkan permukaan air laut setinggi 4-6 meter. Dan jika benar-benar meleleh semuanya maka akan meningkatkan permukaan air laut setinggi 7 meter pada tahun 2012 dan pada 30 tahun kedepan tentu ini bisa mengancam kehidupan pesisir dan kelangkaan pangan yang luar biasa, akibat berubahnya iklim yang sudah bisa kita rasakan sekarang dengan musim hujan yang makin pendek dan musim kemarau yang makin panjang. Hingga gagal panen selain soal hama tetapi akibat kekurangan air pada tanaman para ibu-bapak petani banyak yang gagal.


Maka dari itu kita perlu untuk menjaga lingkungan hutan dan agar tetap terjaga kelestariannya dan tetap bertahan dari pemanasan global ini. Setidaknya kita bias ikut membantu melakukan gerakan penanaman sejuta pohon. Walaupun menguras tenaga, tetapi melakukan hal seperti ini dapat berguna bagi anak cucu kita agar kelak mereka bisa menikmati hutan, bumi dan lain-lain.


III. i. TUJUAN


Tujuan dari pencegahan pemanasan global dilakukan untuk mengurangi dampak dari pemanasan global yang sedang terjadi saat ini. Pemanasan global bersifat merugikan dan berbahaya bagi umat manusia. Pasalnya, bencana yang disebabkan oleh pemanasan global sangat beragam, mulai dari dampak secara langsung maupun secara tidak lang langsung. Dampak secara langsung contohnya seperti melelehnya gletser di Pegunungan Himalaya dan Kutub utara menyebabkan terjadinya peninggian air laut. Dampak tidak langsungnya adalah efek rumah kaca. Kita tidak menyadari bahwa dunia terasa semakin panas akibat dari efek rumah kaca yang membuat permukaan bumi menjadi lebih cepat menguap. Hal ini terjadi karena lubang yang terdapat pada ozon semakin membesar dan memantulkan cahaya matahari ke bumi tanpa halangan apapun.


Sudah banyak cara untuk mengatasi masalah ini seperti reboisasi pada hutan yang terkena penebangan liar ataupun hutan yang terbakar. Tetapi para penebang liar masih tetap menebangi hutan secara liar dan hasilnya digunakan untuk kepentingan pribadi. Seharusnya para penebang harus melalui tebang pilih, yaitu program penebangan pohon yang sudah tua dan menggantinya dengan bibit baru dan membiarkan batang pohon yang masih muda untuk terus berkembang menggantikan batang yang ditebang tersebut. Dengan melalui program tebang pilih kita bisa menebang sesuai dengan aturan yang berlaku dan hutan masih bisa bertahan walau ada pohon yang ditebang. Lalu apabila cara tersebut masih kurang efektif untuk mengurangi dampak pemanasan global, kita harus mengurangi dampak tersebut dengan apa yang bias kita lakukan.


ii. MANFAAT

Manfaat dari pencegahan pemanasan global anatara lain

  • Suhu permukaan Bumi terkendali

Suhu permukaan bumi dapat terkendali karena banyak hutan yang masih lebat sehingga karbondioksida pada lapisan ozon dapat diolah menjadi oksigen, agar kita bisa hidup tentram di bumi.


  • Melestarikan ekosistem makhluk hidup

Melestarikan ekosistem makhluk hidup sama juga dengan melestarikan hutan sebab banyak makhluk hidup yang tinggal di hutan dan menggantungkan hidupnya kepada hutan. Hutan berfungsi sebagai rumah tetap para hewan yang mempunyai sarang di hutan karena semua kebutuhan para hewan tersebut ada pada alam khususnya hutan. Apabila hutan terus di tebangi maka satu persatu hewan akan punah. Apalagi sekarang hewan langka yang terdapat di Indonesia mulai punah dan hilang satu persatu. Itu sebabnya kita perlu memperhatikan ekosistem makhluk hidup agar tetap terjaga sepanjang masa.


  • Mencegah timbulnya penyakit akibat perubahan Iklim bumi

Penyakit yang di maksud adalah leptospirosis, demam berdarah, diare dan malaria. Padahal penyakit-penyakit seperti malaria, demam berdarah, dan diare adalah penyakit lama yang seharusnya sudah lewat dan mampu untuk ditangani, kini telah mengakibatkan ribuan orang terinfeksi dan meninggal. Karena itu kita harus sadar betapa pentingnya hutan bagi kita semua.




iii. ANALISIS

Pemanasan global yang terjadi akibat dari efek rumah kaca menyebabkan permukaan bumi memanas. Efek rumah kaca adalah saat lapisan ozon semakin menipis, dan meningkanya gas rumah kaca di atmosfer, maka panas matahari terkurung dalam lapisan permukaan bumi, suhu bumi pun meningkat. Hal ini menyebabkan terjadinya pencairan es di kutub dan berbagai puncak dunia, hingga menjadikan permukaan air laut meninggi. Untuk Negara-negara lain meningkatnya permukaan air laut dapat dilihat dengan makin tingginya ombak di pantai-pantai Asia dan Afrika. Apalagi hal itu di tambah dengan melelehnya gletser di Pegunungan Himalaya Tibet dan Kutub Utara.


Efek rumah kaca juga berpengaruh pada Iklim. Salah satu contohnya adalah makin panjangnya musim kemarau dan makin pendeknya musim hujan. Saat musim kemarau, udara terasa makin panas, sehingga mempercepat penguapan di daratan . Hingga gagal panen pada tanaman padi para petani banyak yang gagal karena sawah mereka mengalami kekeringan, sehingga mereka tidak sanggup untuk mengairi sawah mereka. Sebaliknya jika pada musim hujan, hujan hanya sedikit yang turun dan itu pun belum cukup untuk mengairi sawah para petani. Kadang hujan datang beberapa bulan sekali dalam setahun.


Beberapa cara telah dilakukan untuk mengatasi efek rumah kaca antara lain penanaman pohon di taman-taman kota, melakukan reboisasi di hutan. Tetapi cara tersebut memiliki banyak kendala seperti masih banyaknya penebang liar yang egois dan hanya memikirkan diri sendiri. Kendala yang lain adalah penebangan pohon di sisi jalan yang di pakai untuk pelebaran jalan. Hal ini sangat merugikan jika melihat jumlah pohon yang tersisa di sisi jalan yang biasanya digunakan untuk berteduh atau sekedar di ambil buahnya, apabila ditebang maka semua akan menambah efek dari rumah kaca.


Efek Rumah Kaca dapat divisualisasikan sebagai sebuah proses. Pada kenyataannya, di lapisan atmosfer terdapat selimut gas. Rumah kaca adalah analogi atas bumi yang dikelilingi gelas kaca. Panas matahari masuk ke bumi dengan menembus gelas kaca tersebut berupa radiasi gelombang pendek. Sebagian diserap oleh bumi dan sisanya dipantulkan kembali ke angkasa sebagai radiasi gelombang panjang. Namun, panas yang seharusnya dapat dipantulkan kembali ke angkasa menyentuh permukaan gelas kaca dan terperangkap di dalam bumi. Layaknya proses dalam rumah kaca di pertanian dan perkebunan, gelas kaca memang berfungsi menahan panas untuk menghangatkan rumah kaca. Masalah timbul ketika aktivitas manusia menyebabkan peningkatan konsentrasi selimut gas di atmosfer (Gas Rumah Kaca) sehingga melebihi konsentrasi yang seharusnya. Maka, panas matahari yang tidak dapat dipantulkan ke angkasa akan meningkat pula. Semua proses itu lah yang disebut Efek Rumah Kaca. Pemanasan global dan perubahan iklim merupakan dampak dari Efek Rumah Kaca.

Efek Rumah Kaca terjadi alami karena memungkinkan kelangsungan hidup semua makhluk di bumi. Tanpa adanya Gas Rumah Kaca, seperti karbondioksida (CO2), metana

(CH4), atau dinitro oksida (N2O), suhu permukaan bumi akan 33 derajat Celcius lebih

dingin. Sejak awal jaman industrialisasi, awal akhir abad ke-17, konsentrasi Gas Rumah

Kaca meningkat drastis. Diperkirakan tahun 1880 temperatur rata-rata bumi meningkat

0.5 – 0.6 derajat Celcius akibat emisi Gas Rumah Kaca yang dihasilkan dari aktivitas

manusia.

Melalui beberapa bukti berikut:

- Pertama, berdasarkan ilmu fisika, beberapa gas mempunyai kemampuan untuk menahan panas. Tak ada yang patut diragukan dari pernyataan ini.

- Kedua, pengukuran yang dilakukan sejak tahun 1950-an menunjukkan tingkat konsentrasi Gas Rumah Kaca meningkat secara tetap, dan peningkatan ini berhubungan dengan emisi Gas Rumah Kaca yang dihasilkan industri dan berbagai aktivitas manusia lainnya.

- Ketiga, penelitian menunjukkan udara yang terperangkap di dalam gunung es telah berusia 250 ribu tahun . Artinya:

· Konsentrasi Gas Rumah Kaca di udara berbeda-beda dimasa lalu dan masa kini. Perbedaan ini menunjukkan adanya perubahan temperatur

· Konsentrasi Gas Rumah Kaca terbukti meningkat sejak masa praindustri.


Yang termasuk dalam kelompok Gas Rumah Kaca adalah karbondioksida (CO2), metana (CH4), dinitro oksida (N2O), hidrofluorokarbon (HFC), perfluorokarbon (PFC), sampai sulfur heksafluorida (SF6). Jenis GRK yang memberikan sumbangan paling besar bagi emisi gas rumah kaca adalah karbondioksida, metana, dan dinitro oksida. Sebagian besar dihasilkan dari pembakaran bahan bakar fosil (minyak bumi dan batu bara) di sektor energi dan transport, penggundulan hutan , dan pertanian . Sementara, untuk gas rumah kaca lainnya (HFC, PFC, SF6 ) hanya menyumbang kurang dari 1% . 2


Sumber-sumber emisi karbondioksida secara global dihasilkan dari pembakaran bahan bakar fosil (minyak bumi dan batu bara):

- 36% dari industri energi (pembangkit listrik/kilang minyak, dll)

- 27% dari sektor transportasi

- 21% dari sektor industri

- 15% dari sektor rumah tangga & jasa

- 1% dari sektor lain -lain.

Sumber utama penghasil emisi karbondioksida secara global ada 2 macam.

Pertama,pembangkit listrik bertenaga batubara.

Pembangkit listrik ini membuang energi 2 kali lipat dari energi yang dihasilkan. Semisal, energi yang digunakan 100 unit, sementara energi yang dihasilkan 35 unit. Maka, energi yang terbuang adalah 65 unit! Setiap 1000 megawatt yang dihasilkan dari pembangkit listrik bertenaga batubara akan mengemisikan 5,6 juta ton karbondioksida per tahun!

Kedua, pembakaran kendaraan bermotor.

Kendaraan yang mengonsumsi bahan bakar sebanyak 7,8 liter per 100 km dan menempuh jarak 16 ribu km, maka setiap tahunnya akan mengemisikan 3 ton karbondioksida ke udara! Bayangkan jika jumlah kendaraan bermotor di Jakarta lebih dari 4 juta kendaraan! Berapa ton karbondioksida yang masuk ke atmosfer per tahun?


Penting diingat, emisi Gas Rumah Kaca harus dikurangi! Jadi harus dibangun sistem industri dan transportasi yang TIDAK bergantung pada bahan bakar fosil (minyak bumi dan batu bara). Kalau perlu, TIDAK menggunakannya SAMA SEKALI! Karena Perubahan Iklim adalah masalah global, penyelesaiannya pun mesti secara internasional. Langkah pertama yang dilakukan adalah pembuatan Kerangka Konvensi untuk Perubahan Iklim (Framework Convention on Climate Change) tahun 1992 di Rio de Janeiro, Brazil, yang ditandatangani oleh 167 negara. Kerangka konvensi ini mengikat secara moral semua negara-negara industri untuk menstabilkan emisi karbondioksida mereka. Sayangnya, hanya sedikit negara industri yang memenuhi target. Langkah selanjutnya berarti membuat komitmen yang mengikat secara hukum dan memperkuatnya dalam sebuah protokol. Dibuat lah Kyoto Protocol atau Protokol Kyoto. Tujuannya: mengharuskan negara-negara industri menurunkan emisinya secara kolektif sebesar 5,2 persen dari tingkat emisi tahun 1990.


Setiap kepala penduduk di negara barat mengeluarkan emisi karbondioksida 25 kali lebih banyak daripada penduduk di negara-negara berkembang! Lima pengemisi karbondioksida terbesar di dunia adalah Amerika Serikat, Kanada, Jerman, Inggris, dan Jepang. Ini yang menyebabkan PHal ini yang menyebabkan Protokol Kyoto HANYA mengharuskan negara-negara maju, yang juga kaya, untuk menurunkan emisinya lebih dahulu. Ironisnya, Cina sebagai negara berkembang menunjukkan sikap kepemimpinan dalam menanggapi isu Perubahan Iklim , berkebalikan dengan negara-negara industri yang kian terpuruk. Emisi karbondioksida Cina pada tahun 1998 turun hingga 4% dengan tingkat ekonomi naik hingga lebih dari 7%.


Data terakhir menunjuk pada Amerika Serikat sebagai penyumbang 720 juta ton Gas Rumah Kaca setara karbondioksida—setara dengan 25% emisi total dunia atau 20,5 ton per kapita. Emisi Gas Rumah Kaca pembangkit listrik di Amerika Serikat saja masih jauh

lebih besar bila dibandingkan dengan total jumlah emisi 146 negara (tigaperempat negara di dunia)! Sektor energi menyumbang sepertiga total emisi Gas Rumah Kaca 3 Amerika Serikat. Emisi Gas Rumah Kaca sektor energi Amerika Serikat lebih besar dua kali lipat dari emisi Gas Rumah Kaca India. Dan , total emisi Gas Rumah Kaca Amerika Serikat lebih besar dua kali lipat emisi Gas Rumah Kaca Cina. Emisi total dari negaranegara berkembang besar , seperti Korea, Meksiko, Afrika Selatan, Brazil, Indonesia, dan Argentina, tidak melebihi emisi Amerika Serikat.


Pemanasan Global adalah meningkatnya suhu rata-rata permukaan bumi akibat peningkatan jumlah emisi Gas Rumah Kaca di atmosfer. Pemanasan Global akan diikuti dengan Perubahan Iklim, seperti meningkatnya curah hujan di beberapa belahan dunia sehingga menimbulkan banjir dan erosi. Sedangkan , di belahan bumi lain akan mengalami musim kering yang berkepanjangan disebabkan kenaikan suhu.


Pemanasan Global dan Perubahan Iklim terjadi akibat aktivitas manusia, terutama yang berhubungan dengan penggunaan bahan bakar fosil (minyak bumi dan batu bara) serta kegiatan lain yang berhubungan dengan hutan, pertanian , dan peternakan. Aktivitas manusia di kegiatan-kegiatan tersebut secara langsung maupun tidak langsung menyebabkan perubahan komposisi alami atmosfer, yaitu peningkatan jumlah Gas Rumah Kaca secara global.


Pada tahun 2100, temperatur atmosfer akan meningkat 1.5 – 4.5 derajat Celcius, jika pendekatan yang digunakan “melihat dan menunggu, tanpa melakukan apa-apa” Dampak-dampak lainnya:

- Musnahnya berbagai jenis keanekrag aman hayati

- Meningkatnya frekuensi dan intensitas hujan badai, angin topan, dan banjir

- Mencairnya es dan glasier di kutub

- Meningkatnya jumlah tanah kering yang potensial menjadi gurun karena kekeringan yang berkepanjangan

- Kenaikan permukaan laut hingga menyebabkan banjir yang luas. Pada tahun 2100 diperkirakan permukaan air laut naik hingga 15 - 95 cm.

- Kenaikan suhu air laut menyebabkan terjadinya pemutihan karang (coral bleaching) dan kerusakan terumbu karang di seluruh dunia

- Meningkatnya frekuensi kebakaran hutan

- Menyebarnya penyakit-penyakit tropis, seperti malaria, ke daerah -daerah baru karena bertambahnya populasi serangga (nyamuk)

- Daerah-daerah tertentu menjadi padat dan sesak karena terjadi arus pengungsian.



iv. PENUTUP


Bahwa pemanasan global yang terjdi sebagai gejala alam yang di sebabkan antara lain oleh manusia sebagai penduduk bumi yang semakin hari semakin besar jumlahnya dengan perilaku hidup yang berkembang seiring dengan upaya pemenuhan kebutuhannya yang semakin juga semakin kompleks


Dampak dari pemanasan global selalu dirasakan dan dapat dilihat secara langsung oleh seluruh lapisan dalam masyarakat. Beberapa perubahan iklim yaitu kemarau panjang dengan suhu yang cukup tinggi, menculnya angina kencang atau angina puting beliung secara tiba-tiba, terjadinya kekeringan ketika kemarau panjang dan banjir besar ketika musim hujan dan lain-lain.


Sebagaimana penelitian yang di lakukan para ahli dikemukakan bahwa dampak pemanasan global dapat diperkecil bila seluruh lapisan masyarakat menyadari dan bersedia melakukan tindakan-tindakan yang diarhkan untuk mengurangi akibat dari pemanasan global.


Pemerintah sebagai penyelenggaraan Negara mempunyai peran utama sebagai pemrakarsa untuk membuat rencana. Rencana tindakan yang perlu dilakukan untuk sebar luaskan kepada masyarakat sekaligus juga terus memberi dorongan kepada masyarakat agar melakukan tindakan-tindakan sesuai konsepyang disusun oleh pemerintah bersama organisasi-organisasi pemerhati lingkungan.


IV. KESIMPULAN


  1. Bahwa pemanasan global sebagai fenomena perubahan alam sudah jelas terjadi dan terus berlangsung yng dampeknya tidak dapat di hindarkan oleh seluruh makhluk hidup di permukaan bumi kecuali hanya mengurangi atau memperkecil

  2. Untuk dapat mengurangu atau memperkecil dampak buruk pemanasan global harus meelibatkan seluruh manusia di permukaan bumi dengan menumbuhkan kesadaran akan hal ini dan melakukan suatu tindakan nyata.

  3. Peran pemerintahan setiap Negara sangat penting untuk mengorganisir dan menggerakkan masyarakat luas agar tumbuh kesadaran dan perilaku yang positif dalam mengurangi dampak pemanasan global.

  4. Bahwa upaya mengurangi dampak pemanasan global harus harus merupakan gerakan seluruh umat manusia dengan suatu kegiatan nyata yang diorganisir terencana dan terprogram dengan baik


SARAN


  • Agar melakukan penghijauan hutan, melakukan reboisasi, dan melakukan penambahan jumlah pohon yang ada di kota agar dampak pemanasan global dapat berkurang walaupun sedikit.

  • Mengurangi pemakaian kendaraan bermotor agar gas yang menyebabkan efek rumah kaca seperti gas karbondioksida (CO2), metana (CH4), dinitro oksida (N2O), hidrofluorokarbon (HFC), perfluorokarbon (PFC), sampai sulfur heksafluorida (SF6) dapat dikurangi.

  • Hindari pemakaian AC (Air Conditioner) dan hair spray untuk mengurangi udara kering.





V. DAFTAR PUSTAKA

- http://.indoskripsi.com

- http://.WWF.indonesia .com

- http://.majalahtrust.com

- Bali outbound community